IKRAR MANUSIA BERTUHANKAN ALLAH DI ALAM
ROH
Adakah manusia ingat bahawa
setiap daripada kita telah berbai'at kepada Allah dan telah berikrar dan
berjanji untuk bertuhankan kepada Allah di alam Roh ? Tentunya tidak ingat atau
tidak tahu langsung kerana khabar beritanya sudah begitu lama, lalu Allah
peringatkan kembali melalui FirmanNya ayat An Nahl 89 yang maksudnya:
"Dan Kami turunkan kepada kamu al kitab (al
Quran) untuk menjelaskan segala sesuatu dan petunjuk serta rahmat dan khabar
gembira bagi orang yang menyerahkan dirinya"
Ayat di atas memungkinkan
kepada manusia supaya jangan lagi mengadakan alasan-alasan untuk menafikan
bahawa dia tidak pernah berjanji dan tidak mengenali Allah kerana Allah telah
terangkannya di dalam al Quran seperti ayat al A'araf 172 yang bermaksud:
".. Bukankah Aku ini Tuhan kamu ? Maka semua
menjawab (manusia) Benar ! Engkaulah Tuhan kami, kami menjadi saksi, dan yang
demikian supaya kamu tidak berkata pada hari qiamat Kami adalah lalai"
Dan ayat ini di kokohkan
lagi oleh ingatan Allah kepada manusia melalui An Nahl ayat 91 yang bermaksud :
"Dan tepatilah perjanjian dengan Allah apabila
kamu berjanji dan janganlah kamu membatalkan sumpah-sumpah kamu itu sesudah
kamu mengokohkannya ..."
Dengan ayat yang di atas
rasanya tiada alasan bagi manusia hendak menolak yang kita pernah mengenali
Allah kerana Allah telah ingatkan kita dengan menurunkan ayat-ayatNya, pokok
persoalannya siapa diri kita yang sebenarnya yang pernah berjanji itu dan
bagaimana keadaannya? dan bagaimana pula keadaan Allah ketika itu ? Apa yang
kita tahu Allah juga telah menyatakan keadaaNya berupa Zat Laisa kamishli
syaiun ( tidak berupa apa jugapun) dan semua ini telah di terangkan oleh Allah
bagi orang-orang yang menyerahkan dirinya. Orang yang telah menyerahkan dirinya
? Persoalan timbul diri yang mana yang hendak di serahkan dan bagaimanakah
kendak menyerahkannya dalam erti kata Tawakkal 'Alallah !
Ada pandangan dari ulama
khlaf bahawa terlalu sukar untuk menyerahkan diri kerana adanya kejadian jasad
yang anasirnya sebagai penghalang untuk mempraktikkan bertawakkal kepada Allah
kerana sifat jasad itu anasirnya dari atom-atom tanah,air,api dan angin yang
kuasanya mampu menghalang dari bertawakkal sedangkan Allah bagi tahu bahawa
jasad atau anasir jasad di jadilan hanyalah untuk menjadi saksi sajaha atas
perbuatan manusia jadi apa kuasa penghalang yang ada padanya ? Sebagaimana
firman Allah dalam surah Al Qiyamah ayat 14 dan 15 yang bermaksud:
" Bahkan manusia itu anggotanya menjadi saksi
terhadap dirinya sendiri walaupun ia memberikan alasan-alasannya (untuk membela
diri) "
IKRAR MANUSIA BERTUHANKAN ALLAH DI ALAM ROH II
Ada nas yang manusia itu
telah berikrar kepada Allah bahawa mereka akur berTuhankan ALLAH semasa mereka
di alam Roh lagi ketika zaman itu Allah belum lagi mencipta alam yang lain,
manusia yang di maksudkan di sini adalah tanpa jasad iaitu Rohani yang lengkap
Nyawa, akal, nafsu dan roh , maka ke empat-empat inilah yang di katakan
manusia, mereka apabila telah di cipta oleh Tuhan maka di tempatkan di alam Roh
dan di sanalah mereka ini di ambil saksi oleh penciptaNya dengan bertanyakan
kepada mereka seperti yang di nyatakan oleh Allah pada surah Al A'araf 172
Pada zaman tersebut hanya
saksi daripada manusia sahaja yang di ambil sedangkan ibadat mereka belum lagi
di perintah oleh Allah kerana jasad mereka belum lagi di cipta oleh Tuhan ini
bererti diri manusia itu tidak boleh beribadat melainkan ia memiliki jasad
sebagai saksi atas perbuatan atau gerak geri ataupun ibadat mereka sebab itu
Allah terangkan kepada kita bahawa anggota manusia itu sebagai saksi terhadap
dirinya sendiri walaupun ia memberi alasan untuk membela diri Al Qiyamah 14 dan
15
Nah sekarang jelas bahawa
diri manusia yang bernama Rohani itu tetap juga mahu berbohong kepada Allah
sekalipun dia telah berikrar mahu berTuhankan kepada Allah semasa ia di alam
Roh, apakah ikrar manusia mahu berTuhankan kepada Allah semasa di alam Roh ?
Ikrar manusia ialah apabila manusia berkata "Ana 'abduka Ibni 'abduka la
ma'abud ghoirika illa Anta" (aku hamba Kamu, anak-anak hamba Kamu, aku
tidak meng'abdikan diriku melainkan kepada Kamu) yang membawa maksud
"Tiada Tuhan yang aku sembah melainkan Allah " ertinya di alan
tersebut buat pertama kalinya kaliamah ikrar itu di lafazkan iaitu LA ILLAHA ILLALLAH
MUHAMMADARRASULLULLAH
Maka sejak di alam Rohlah
juga manusia mengakui bahawa dirinya hamba kepada Tuhan ertinya ikut semua
perintah Allah dan tinggalkan laranganNya yang membawa maksud Lillahi Ta'ala,
maka itulah maksud LA ILLAHA ILLALLAH, so sekarang kita bagaimana ? Adakah
kerja buat kita sekarang berasaskan Lillahi Ta'ala atau sebaliknya ? Umpamanya
kerja-kerja mungkar adakah Lillahi ta'ala ? Kerana itu ada tegah dan ada suruh
walaupun pada hakikatnya semua itu datang dari Allah "kullum min 'indillah"
(segala sesuatu itu datang dari Allah) pada bab ini kita kena belajar qada dan
qadar pula supaya tidak terkeliru
Sebaik saja kita di ambil
kesaksian maka tinggallah kita di alam Roh menunggu arahan daripada Allah bila
kita dapat menjadi hamba kepadaNya untuk menjalankan amanat La Illaha illallah
? Jawabnya sehingga Allah menjadikan Adam manusia pertama yang Allah jadikan
dari bahan zat tanah, air, api dan angin bukan dari tanah yang kita fahami
sekarang ini, ia adalah dari istilah-istilah sain iaitu atom-atom yang halus
yang terdiri dari jauhar fardhi ataupun jirim dan jisim yang bahasa sekarang di
kenali sebagai atom, neutron, proton, ion, elektron, neukles dan sebagainya
TUJUAN HIDUP MANUSIA
Sebagai umat manusia kita
perlu bertanya kepd diri sendiri, tujuannya apa kita hidup didunia ini? Tiada
lain untuk mendapatkan kebahagiaan dunia dan akherat, sebagaimana yg tercantum
dalam doa:
"Rabbana aatina fiddun-yaa hasanah wafil
akhirati hasana, waqinaa adzabannar".
Untuk mencapai kebahagiaan didunia kita harus berusaha
menjadi Ahsani taqwim dan Kholifah fil Ardhi. Terus bagaimana mencapai
kehidupan akherat? Detik ini adalah akhirat bukan nanti, sebab batas kehidupan
akhirat adalah kematian ( berpisahnya ruh dan jasad ) sebagaimana firman Alloh
Swt: " Setiap yg berjiwa pasti merasakan mati. "( QS. Ali Imran : 185
)
Kalau kita bicara kepastian
maka mati adalah suatu hal yg pasti kita alami semua. Namun kita perlu bertanya
kepada diri sendiri. KEMANA KITA SESUDAH MATI? Kembali lagi Al-Qur'an memberi
petunjuk sesungguhnya kita berasal dari Alloh dan akan kembali kepada Alloh.
" Sesungguhnya kami adalah milik Alloh dan kepada-Nya lah kami
kembali." ( QS Al-Baqorah :156 ).
Apa benar kta akan kembali
kesana? Bagi para penempuh jalan spiritual tentu akan bertanya. BAGAIMANA
CARANYA ( METODENYA ) KITA BISA KEMBALI KESANA?Mari kita kaji diri bahwa
manusia bisa dibedakan menjadi dua bagian utama yaitu unsur fisik dan unsur
Ruhani.Ketika manusia mengalami kematian, jasad dikembalikan keasalnya yaitu yg
berasal dari tanah kembali ketanah, yg berasal dari Air kembali ke Air, yg
berasal dari Udara kembali ke Udara dan yg berasal dari Api kembali ke Api.
Kesemuanya itu akan terurai menjdi unsur2 diatas menjadi benda mati kembali.
Lalu kita perlu bertanya,
BAGAIMANA DENGAN RUHANI KITA? Ternyata ada syaratnya agar ruhani bisa kembali
kepada Tuhannya. Jiwa yg diterima atau dipanggil Alloh ada ktriteria dan
batasannya seperti yg dikatakan didalam Al-Qur'an sbb:" Hai jiwa yg tenang ( suci ) kembalilah kepada Tuhanmu dg hati
yg ridho lagi diridhoi-Nya. Maka masuklah kedalam jamaah hamba2-Ku dan masuklah
kedalam syurgaku." ( QS Al Fajr :27-30 )
Maka kita perlu bertanya
lagi kepada diri sendiri.BAGAIMANA CARANYA MENDIDIK JIWA (RUHANI) AGAR DAPAT
NAIK KEARAH YG LEBIH TINGGI? Caranya tidak lain adalah sebagaimana tercantum
didalam Al Qur'an sbb:" Beruntunglah manusia yg membersihkan jiwa dg
berdzikir ( mengingat ) Nama Tuhannya dan mendirikan sholat." ( QS Al
A'Ala : 14-15 ) Dengan kata lain manusia bisa membersihkan ( mensucikan ) jiwanya
adalah dengan mencari seorang Guru Mursyid dan mentalqin kalimat Laa Ilaaha
illalloh kedalam ruhaninya dengan Alat dzikrulloh metode seperti ini didalam
Al-Qur'an dinamakan THORIQAT.
" Dan bahwasanya
jikalau mereka berjalan lurus diatas jalan ( metode ) yg benar, niscaya akan
Kami turunkan hujan (Rahmat) yg lebat kemenangan/nikmat yg banyak." ( QS
Al Jin :16 )
TIGA ISTILAH TAPI HAKIKATNYA SATU ITULAH ROH
Walaupun mempunyai tiga nama
atau 3 istilah tetapi hakikatnya sama. Cuman peranannya yg berbeda. Dg peranan
itulah yg menjadikan namanya tdk sama.
1. AKAL
2. ROH ( HATI/NYAWA )
Apabila Akal ini berperasaan
seperti sedih, marah, senang, terhibur, gembira dan sebagainya ia dipanggil dg
sebutan Roh.
3. NAFSU
Ketika Roh ini sedang
berkehendak, berkemauan baik yg positif atau pun yg negatif, baik atau buruk,
yg dibenarkan atau tidak, yg halal atau yg haram diwaktu maka ia dipanggil
Nafsu.
Untuk mempermudah pemahaman
diatas bisa dikiaskan contoh;
1. Manusia bila berbohong
dinamakan pembohong.
2. Manusia bila menipu
dinamakan penipu
3. Manusia jika korupsi
dinamakan koruptor
4. Manusia apabila mencuri
dinamakan pencuri dan lain-lainnya. Dinamakan pembohong, penipu, pencuri,
koruptor hakikatnya adalah orang yg sama. Cuman namanya saja yg berbeda bila
bertukar.
PANCARAN NUR ILAHI MELAHIRKAN KEYAKINAN ILMU YAQIN,
AINUL YAQIN DAN HAQQUL YAQIN
Nur adalah kendaraan dan
juga tentara hati. Sebagaimana Kegelapan adalah tentara Nafsu. Tanpa Nur yg
berasal dari Alloh yaitu melalui Wasilah seorang Mursyid tidak mungkin wushul
illalloh.
Karena Nur adalah kendaraan
bagi hati untuk sampai kehadirantnya. Hati umpama badan dan Roh adalah Nyawa.
Roh pula yg terkait dg Alloh Swt, keterkaitan itu dinamakan As-sirr ( Rahasia
). Roh menjadi nyawa ke pd Hati dan Sirr menjadi nyawa ke pd Roh atau dp pula
dikatakan bahwa hakikat hati adlh roh dan hakikat roh adlh sirr. Karena sirr
adlh hakikat ke pd sekalian yg maujud. Nur ilahi ( yg diperoleh lewat wasilah
mursyid ) menerangi hati, roh dan sirr. Sehingga dg nur ilahi inilah terbuka
tabir hakikat2 ilmu dan amal.
Orang yg mengambil hakikat
dari buku2 atau ucapan orang lain, bukanlah hakikat yg sebenarnya tetapi
hanyalah sangkaan dan khayalan belaka. Jika ingin mencapai hakikat yg sejati?
perlulah mengambil seorang Mursyid sbg murabbi ( pembimbing ) ruhanimu dan
mengambil talqin dzikir sebagai pembersih hati.Jika sudah menemukan seorang
mursyid, serahkan semua hidupmu pd beliau dan berhidmatlah sepenuh jiwa raga
serta mengamalkan dzikir dg istiqomah sesuai dg petunjuknya.Kemudian
bersabarlah niscaya engkau akan dibukakan rahasia2 ilmu dan amal itu. insya
Alloh, melalui beberapa peningkatan dalam proses mengenal Tuhan. Pada tahap
awal terbukalah mata hati dan Nur kalbu memancar menerangi akalnya.
Seorang mukmin yg akalnya
diterangi nur kalbu ia akan merasa dekat dg Tuhannya. Karena ia melihat dg
ilmunya dan mendapat keyakinan yg dinamakan ILMU YAKIN. sehingga Ilmu berhenti
disitu. Pada tahap kedua mata hati sudah dapat menyaksikan sifat2 Alloh , Ia
tidak lagi melihat dg mata ilmu tetapi memandang dg mata hati. Memandang atau
melihat dg mata hati itulah yg dinamakan KASYAF. Kasyaf melahirkan pengenalan (
makrifat ). Sesorang yg mendapat keyakinan melalui kasyaf itulah yg dinamakan
AINUL YAKIN.
Pada tahap ainul yaqin
makrifatnya ghaib dari dirinya sendiri. Maksud ghaib disini adalah hilang
perhatian dan Tahap ketiga adalah penyaksian yg paling tinggi ialah penyaksian
yg hakiki oleh mata hati atau penyaksian yg haq atau yg sering disebut HAQQUL
YAKIN.
Pada tahap ini mata hati
sudah tidak lagi melihat kepada ketiadaan dirinya atau kewujudan dirinya,
tetapi Alloh dilihat dalam segala sesuatu, kegala kejadian, dalam diam dan
dalam tutur katanya adalah firman Alloh atau yg disebut Al-Quranul
Adhim.Penyaksian hakiki mata hati melihat-Nya tanpa dinding penutup antara kita
dengan-Nya. Tiada lagi antara Ruang dan waktu antara kita dengan-Nya Itulah
penyaksian seorang mursyid
MENGENAL DIRI MENGENAL ALLAH
Setengah daripada jalan
mencapai makrifat itu ialah dengan mengenal diri seperti kata seorang sahabat
Rasulullah SAW., Yahya bin Muaz Al-Razi ;
"Barangsiapa mengenal dirinya maka sesungguhnya
mengenal ia akan Tuhannya".
Yahya bin Muaz mengambil faham daripada perkataan
Nabi SAW. daripada pertanyaan seorang sahabat;
"Siapakah yang lebih mengenali TuhanNya, ya Rasulullah?
Maka sabdanya yang lebih
mengenal mereka dengan dirinya."
1. Periksa dan memahami.
2. Membuat bandingan dan
ukuran.
3. Lemah dan tertegah.
1. Periksa dan memahami.
Hendaklah dimusyahadahkan
akan kejadian diri kita kepada dua pandangan iaitu;
a.
Pandangan yang pertama kepada diri zahir yang dijadikan akan dia daripada
emapat anasir iaitu;
Tanah, Air, Api dan Angin..
yang bermula daripada
kejadian lembaga Nabi Adam 'Alaihi-Salam. Setelah sempurna lembaga Adam maka
dimasukkan Ruh ke dalamnya lalu hidup ia bernyawa, bergerak, melihat,
mendengar, dan sebagainya seperti firman Allah dalam
Surah Al-Shod; 71-72 yang
bermaksud;
"Ingat olehmu hai Muhammad ketika firman oleh
Tuhan kamu bagi malaikatNya bahawa Aku jadikan manusia daripada pati tanah maka
apabila aku sempurnakan dia dan aku masukkan ke dalamnya ruhKu, maka sekelian
malaikat duduk dan sujud baginya".
Demikian juga dijadikan seorang perempuan yang
bernama Hawa iaitu daripada jenis Adam juga seperti firmanNya dalam :
Surah An-Nisaak:1 yang
bermaksud;
"Hai sekelian manusia, takutlah kepada Tuhanmu
yang menjadikan kamu dari diri yang satu dan menjadikan isteri daripadaNya. dan
daripada keduanya berkembang biak laki-laki dan perempuan yang banyak."
Ini bermakna, daripada Adam
dan Hawa dijadikan akan segala keturunan melalui setitik air mani (Nutfah) yang
dikandungkan di dalam rahim ibunya selama 40 hari kemudian dijadikan seketul
daging (Mudghoh) kemudian pecah berupa berbagai; suatu bentuk lembaga manusia
seperti firman Allah dalam :
Surah Al-Mukminun;14 yang
bermaksud;
"Sesungguhnya telah Kami jadikan manusia daripada pati berasal daripada
tanah kemudian Kami jadikan akan pati tanah itu air mani yang disimpan dalam
tempat yang kukuh(rahim), kemudian air mani itu Kami jadikan segumpal darah;
maka segumpal darah itu kami jadikan tulang; maka Kami bungkuskan tulang itu
dengan daging kemudian jadikan itu makhluk yang berbentuk lain; maka Mahasuci
Allah ialah Pencipta yang paling baik".
Kemudian apabila sempurna
kandungan yang ghalib sembilan bulan lalu keluar dari perut ibunya berupa manusia
yang lemah (bayi) kemudian beransur-ansur sedikit demi sedikit bertambah subur
dan kuat yang lengkap dengan pancaindera yang lima iaitu;
Penjamah,
Perasa,
Pendengar,
Pelihat,
Pencium.
Akhirnya menjadi seorang
manusia yang gagah kuat yang mempunyai pancaindera batin yang lima iaitu; Khowatir, Cita, Niat, 'Alim,
Fikir; dan sempurnalah sepuluh pancaindera yang dinamakan INSAN.
b.
Pandangan yang kedua kepada diri yang batin yang digelarkan nyawa atau Ruh yang
telah diberikan nama oleh Arif bil-Lah dengan bermacam-macam nama. Setengah
daripadanya menamakannya;
Syaiun Zat-tiah pada tatkala
memandang pada Martabat Wahdah dimusyahadahkan pertama-tama nyata dalam Ilmu
Allah itu Ruh Nabi Muhammad SAW. Daripada pancar benderang Israk Nur Muhammad
itu zahirlah sekelian alam dan segala yang benyawa. Setengah daripada Arif
bil-Lah menamakan dia sebagai;
i.Alam
Ma'ani : iaitu tanda yang tersembunyi sungguh kuat nyata dalam Ilmu Allah
tetapi tiada ia maujud. Ia tersembunyi dalam Wahdatul Wujud melainkan ibarat
jua yang maujud pada keesaan diri Hak Allah Taala. Setengah Arif bil-Lah
menamakanya sebagai;
ii.Alam
Laahut ertinya tanda kenyataan Zat dan setengah
Arif bil-Lah menamakannya
sebagai;
iii.Alam
Jabarut tatkala nyata ia pada martabat Wahdiah ertinya tanda kebesaran Zat dan
sifatNya dan Af'alNya dan setengah daripada mereka menamakan sebagai;
A' yan Saabitah ertinya
kenyataan yang amat teguh dan setengahnya menamakannya sebagai;
iv.Alam
Asror ertinya tanda menerima Asror (rahsia) Allah kerana ia tempat nyata Hak
Taala.
Maka tatkala sudah
menjadikan Allah Taala nyawa ; maka menjadi Ia akan Alam Arwah dan maujud ia
dengan Qudrat Allah dan Iradatnya. Maka dinamakan dia Alam Malakut ertinya
tanda milik yakni tiada sekali terlepas daripada Ampunya Milik. Ini dinamakan
juga A' yan Khorijah kerana sudah zahir wujudnya menerima asar (bekas/sesuatu
yang dijadikan) dan hukum Zat Lawazim yang nyata ibaratnya dan syaratnya kepada
Martabat Wahdah dan Wahdiah kerana
A' yan Khorijah itu A'yan
Saabitah dan A'yan Saabitah itu yang menerima zahir Sifat Allah dan Asma Allah
dan A'yan Khorijah dan Alam Malakut ialah sekelian alam sama ada Alam Kabir
(Besar) atau Alam Shoghir (Kecil). Dan setengahnya menamakannya;
Ruh Idhofi kerana lengkap
pada tubuh yang menggerak dan mendiam dan sebagainya. Setengah daripada mereka
menamakannya sebagai;
Ruh Al-Qudus kerana ia suci
daripada merasai mati dan daripada segala kecelaan dan sebagainya dan setengah
daripada mereka menamakannya sebagai;
Ruh Al-Amri kerana ia
menerima perintah Allah memerintah tubuh. Setengah daripada mereka menamakannya
pula sebagai Ruh Al-Amin kerana ia menerima firman Allah yang datang pada hati
hamba yang yakin akan Hak Taala. Setengah daripada mereka menamakannya sebagai;
Khotir ertinya gerak hati.
Dan khotir itu ada empat macam iaitu;
1.Khotir
Rahmaani iaitu apabila ia sentiasa berhadap dan musyahadah kehadirat Allah
Taala; tidak memikirkan akan MaasyiwaLah (sesuatu yang lain daripada Allah).
2.Khotir
Malaki iaitu apabila bertukar arah dan bergilir ganti. Kadang-kadang berhadap
dan bermusyahadah ke hadrat Allah Taala dan kadang-kadang sesuatu yang lain
daripada Allah.
3.Khotir
Nafsaani iaitu sentiasa berhadap kepada kegemaran dan kelazatan dunia dan
kemegahan dan kemulian yang bergelumbang dengan Ajib, Riya', Takbur, Suma'ah dan
lain-lain lagi daripada segala sifat-sifat mazmumah.
4.Khotir
Syathooni iaitu sentiasa gemar kepada pekerjaan yang derhaka dan jauh daripada
berbakti dan beribadat.
Maka adalah sekelian itu
daripada kelakuan Ruh pada badan yang datang sekelian itu daripada Fe'il
(Kelakuan) yang Hakiki.
Setengah daripada mereka
menamakannya sebagai; Akal kerana mengeluarkan fikiran dan kira bicara dan
setengah daripada mereka menamakannya sebagai;
Nafsu kerana angkuh dan
zalim dan setengah menamakannya sebagai; Qalbu kerana bertukar berbolak-balik
sekali berhadap kepada Allah; sekali berhadap kepada dunia.
Adalah diri yang zahir dan
yang batin terdiri padanya tiga perkara iaitu;
Jisim iaitu susunan kulit,
daging, tulang, urat, darah, lendir dan sebagainya.
Jauhar iaitu Ruh atau
nyawa'Aradh iaitu kelakuan dan rupa pandangan seperti panjang, pendek, tinggi,
rendah, putih, hitam, bertemu, bercerai, baik, jahat dan sebagainya.
2. Membuat bandingan dan ukuran
Kejadian tubuh jasmani
manusia itu mempunyai beberapa hikmah dan rahsia yang menyamai rahsia kejadian
langit dan bumi, maka eloklah bapak cuba memberi gambaran perumpamaan
dengan serba ringkas dalam Ilmu Tasrikh iaitu ilmu kejadian manusia.
Bahawa manusia mempunyai 360
tulang yang menyamai dengan 360 darjah pada bulatan bumi.
Manusia juga mempunyai 17
sendi yang besar-besar kerana lazim manusia jaga pada tiap-tiap sehari semalam
tujuh belas jam iaitu 3 jam pada awal malam dan 2 jam pada awal siang dan 12
jam pada masa siang. Maka dalam 17 jam inilah gerak-geri anggota yang 17 sendi
itu melakukan kebajikan atau kejahatan; maka diwajibkan dan difardukan ke atas
manusia mengerjakan sembahyang lima
waktu dalam sehari semalam sebanyak 17 rakaat.
Urat-urat besar dalam badan
manusia berjumlah 12 urat iaitu ibarat 12 bulan setahun dan 12 jam pada siang
dan 12 jam pada malam.
Dikatakan juga bilangan
rambut manusia ada sebanyak
124 000 iaitu supaya
mengingatkan bagi kita bilangan Nabi-nabi yang diikhtilafkan ulama sebanyak 124
000 orang dan banyak lagi rahsia-rahsia kejadian tubuh manusia yang sengaja
ditinggalkan.
Pendek kata tidak ada satu
kejadian yang boleh menyamai dengan kejadian manusia pada nisbah elok dan baik
perdiriannya dan mulia keadaannya dan tinggi darjatnya jika hendak dibandingkan
dengan kejadian-kejadian yang lain seperti firman Allah dalam :
Surat Al-Tin;4 yang
bermaksud;
"Demi sesungguhnya Kami jadikan manusia itu
seelok-elok kejadian"
dan tidak ada satu kejadian
yang diperintah oleh Allah Taala kepada malaikat supaya memberi hormat dan
tahiyat melainkan manusia (Adam) dan juga menyebabkan syaitan dimurkai oleh
Allah dan dikutuk akan Dia kerana ingkar pada perintah Allah yang diperintahkan
kepadanya supaya memberi hormat dan tahiyat kepada manusia (Adam). Dijadikan
sekelian perkara ini untuk manusia dan dilengkapi pada manusia sifat Ma'ani
yang tujuh kerana tempat menerima Asar(bekas) Sifat Ma'ani Qadim yang dinamakan
Naskhah Al-Haq.
3. Lemah dan Tertegah
Apabila dimusyahadahkan akan
kejadian diri samada diri yang zahir atau diri yang batin, maka tak sampai akal
manusia untuk memikirkannya seperti Ruh, Akal, Nafsu dan Qalbu. Maka sukar
hendak memberi gambaran atau takrif yang mensifatkan daripada jenis apa???
Al-Quran memberi pengajaran
sebagaimana firman Allah dalam :
Surah Al Israk; Ayat 85 yang
bermaksud;
"Akan ditanya akan engkau hai Muhammad tentang
ruh; Katakan olehmu Ruh itu adalah daripada urusan Tuhanku"
Oleh kerana sukar hendak
membuat takrif, maka digelar oleh orang-orang 'Ariffin dengan nama Lathifatul
Rabaaniyah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar